Sabtu, 15 November 2008

ALAM SEMESTA

Ketika manusia dilahirkan ke dunia ini, sebagian besar dilahirkan dalam keadaan menangis. Hal ini diperkirakan karena keterkejutan sang bayi yang harus terjun ke alam yang berbeda dari sebelumnya, baik keadaan maupun ukurannya. Dari sejak itulah kita mulai mengenal alam ini. Sejak dilahirkan, yang pertama diketahuinya adalah tempat dimana ia hidup, yang disebut bumi. Sedemikian besarnya bumi sampai-sampai kita tidak mengetahui luasnya.

Sejauh-jauhnya kita berjalan yang kita temui akhirnya hanyalah lautan. Selama perjalanan, dilangit akan tampak benda bercahaya yang memancarkan cahayanya dengan sangat terang. Benda tersebut bergeser secara perlahan dari timur ke barat dan akhirnya menghilang dan muncul kembali keesokan harinya. Benda tersebut adalah matahari. Secara kasat mata, seolah-olah matahari dan benda-benda langit lainnyalah yang bergerak mengelilingi bumi. Pandangan yang demikian ini dianut oleh orang-orang ketika jaman Yunani. Mereka percaya bahwa bumi merupakan pusat dari alam semesta ini. Padangan seperti ini disebut pandangan geosentris. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi pada abad pertengahan yang dipelopori Copernicus, pandangan tersebut berubah menjadi heliosentris yang beranggapan bahwa mataharilah yang merupakan pusat dari peredaran bumi dan planet lainnya.

Setelah matahari terbenam terlihat bertaburan benda-benda kecil berkerlap-kerlip dilangit yang disebut bintang. Selain itu ada benda yang bersinar lembut yang berangsur-angsur membesar dan sesudah bulat penuh, berangsur-angsur mengecil lagi. Inilah yang disebut dengan bulan. Ilmu pengetahuan tentang matahari, bulan, bintang disebut Astronomi.

Dari sejak lahir sampai sekarang, seberapa jauh kita dapat mengenal alam semesta ini dengan baik? Untuk itulah kita akan mempelajarinya.

A. Gambaran Tentang Luasnya alam semesta

Untuk mengetahui seberapa besar dan seberapa luas alam semesta ini, kita coba pelajari dari peng analogian. Jika kita menganalogikan bumi sebagai kelereng, maka matahari adalah sebuah bola yang ukurannya dua kali lebih besar dari bola sepak. Untuk menirukan keadaan sebenarnya letakan kelereng itu sejauh 280 meter dari bola matahari, sedangkan benda-benda lain ditempatkan berkilo-kilometer jauhnya sebagai bintang. Sekarang, jawab pertanyaan berikut ini:

Dimana kota tempat tinggalmu berada?

· Bumi ini ada 5 benua loh, benua yang mana? Amerika, Eropa, Asia, Australia atau Afrika?

· Negaranya, negara apa? Ada ratusan negara soalnya.

· Dipulau mana? Kalau negaranya negara kepulauan.

· Propinsinya apa? Atau negara bagian mana? Satu negara kan terdiri dari beberapa propinsi atau negara bagian.

· Kotanya, kota apa? Ada beberapa kota, kan di propinsimu?

· Kampungnya? Kampung apa.

· Eh, Rumahnya yang sebelah mana?

Dengan seperti ini kita dapat membayangkan betapa luasnya tata surya kita.

Tunggu dulu, kita belum membandingkannya dengan galaksi Bima Sakti, tempat tata surya kita berada. Perlu kamu bayangkan, di dalam galaksi Bima Sakti itu ada sekitar 250 miliar bintang yang mirip dengan matahari dan sistem tata surya kita. Tata surya kita berada di salah satu lengan galaksi Bima Sakti.

Ups, sebentar! Bima Sakti mempunyai teman-teman loh, dan Bima Sakti tergolong galaksi yang berkuran kecil dibanding teman-temannya yang lain. Di alam semesta ini kurang lebih terdapat sekitar 300 miliar galaksi. Subhanallah ......

Jarak yang sedemikian lebar antara benda-benda angkasa di jagat raya ini saja sudah cukup untuk menunjukkan kehebatan tiada tara dari kepiawaian Allah dalam penciptaan, fakta bahwa Dia tidak punya sekutu dalam mencipta, dan bahwa Dialah yang Mahakuasa. Allah menyerukan manusia agar memikirkan kenyataan-kenyataan ini :

Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakan nya” (QS. An Naazi’aat, 79:27-28)

Kenapa Tuhan menciptakan alam semesta ini?

Tuhan menciptakan alam semesta beserta seluk-beluknya yang rinci dan tak terhitung jumlahnya, tidak lain adalah agar manusia dapat memahami kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Dalam Al Quran, Allah berfirman :

“…agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesunguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaaq, 65:12).

Untuk itu, mari kita coba mulai mengenali dan memahaminya. Dengan mempelajari proses terbentuk- nya alam semesta ini.

B. Proses Terbentuknya Alam Semesta

Pernahkah kita sekali-kali memikirkan bagaimana alam semesta ini terbentuk?

Sebelum kita melangkah lebih lanjut, kita definisikan terlebih dahulu bahwa alam semesta merupakan ruang angkasa dan benda-benda langit yang ada didalamnya.

Bertahun-tahun yang lalu, manusia sebagai makhluk Tuhan yang berakal budi selalu tergoda oleh rasa ingin tahunya untuk mencari penjelasan mengenai proses terbentuknya alam semesta ini, kemana akan menuju, bagaimana hukum-hukum yang menjaga tatanan alam semesta ini sehingga tetap berjalan, serta makna-makna apa yang terkandung didalamnya.

Selama ratusan tahun, banyak para ilmuwan yang melakukan penelitian dan pengumpulan data mengenai hal ini. Melalui data-data yang diperoleh dari beraneka ragam cahaya benda-benda langit yang sampai di bumi, muncullah beragam teori yang mengungkapkan terbentuknya alam semesta.

Teori-teori tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yang saling bertolakbelakang :

├ Teori keadaan tetap (Steady-state theory)

└ Teori ledakan besar (Big-Bang Theory)

Mari kita pelajari satu per-satu!

1. Teori keadaan tetap (Steady-State Theory)

Orang-orang yang memegang teguh teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu sudah tercipta (ada) sebelumnya dimanapun dan bilamanapun akan selalu sama, walaupun galaksi-galaksi saling bergerak menjauh satu sama lain.

Teori ini berpendapat bahwa alam semesta tidak bermula (tidak ada proses penciptaanya) atau tanpa awal dan akhir. Teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya.

Teori ini didukung fakta bahwa galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Paham ini lebih dikenal dengan paham materialis yang cenderung tidak mengenal adanya Sang Pencipta yang dikembangkan oleh Karl Mark. Paham ini berkembang pesat sekitar abad ke-19. Oleh para pengikutnya paham ini dijadikan sebagai landasan paham atheis mereka.

Namun ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad ke-20 telah meruntuhkan paham dan pendapat mereka mengenai penciptaan alam semesta. Bahwa alam semesta tidaklah tetap seperti anggapan kaum materialis. Berbagai pengamatan dan perhitungan telah menunjukkan bahwa alam semesta memiliki permulaan yang berasal dari suatu ledakan raksasa dan alam semesta ini terus mengembang yang selanjutnya dikenal dengan teori big-bang.

2. Teori ledakan besar (Big-Bang Theory)

Teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu ada mulanya. Bertitik tolak dari adanya suatu massa yang sangat besar dan mempunyai berat jenis yang sangat besar pula yang kemudian meledak dengan hebat karena terjadi reaksi inti.

Massa tersebut terserak, masing-masing serakan massa tersebut menjauhi pusat ledakan dan setelah berjuta-juta tahun, massa-massa yang terserak tersebut membentuk kelompok-kelompok galaksi yang kita kenal sekarang. Kelompok-kelompok galaksi ini terus bergerak menjauhi titik pusatnya.

Teori ini didukung oleh hasil pengamatan para ilmuwan yang menunjukkan bahwa galaksi-galaksi tersebut memang bergerak menjauhi titik pusat yang sama.

Adanya spektrum warna merah yang dipancarkan kelompok bintang yang menunjukkan bahwa gugusan bintang tersebut bergerak menjauh titik pusatnya.

Berdasarkan hukum fisika, kita ketahui bahwa benda yang memancarkan spektrum warna ungu merupakan benda yang bergerak mendekat, sedangkan benda yang memancarkan cahaya merah adalah benda tersebut bergerak menjauh. Penelitian ini dilakukan oleh Hubble

Teori banyak dianut oleh para ilmuwan abad ke-20. Teori ini dapat dianalogikan sebagai balon yang dipermukaannya terdapat beragam titik.

Jika ditiup balon tersebut akan mengembang dan kedudukan masing-masing titik tersebut akan saling menjauh (kita ibaratkan titik-titk tersebut sebagai kumpulan galaksi). Jika kita berpikir secara terbalik, udara yang berada dalam balon mengembang tersebut dibuang maka balon akan menyusut dan akhirnya berasal dari suatu titik yang sama.

Titik tunggal yang memiliki kepadatan tak berhingga, dengan demikian materi asal mula alam semesta ini harus memiliki volume nol. Volume nol ini digunakan dalam ilmu pengetahuan untuk memudahkan pemahaman kita dalam menyatakan bahwa titik tersebut berasal dari suatu ketiadaan.

Ini mengandung arti bahwa alam semesta ini terbentuk dari suatu ketiadaan dan hanya tuhanlah yang memunculkan ketiadaan tersebut melalui proses-prosesnya.

Hal ini baru ditemukan para ilmuwan melalui pengetahuan fisika moderen-nya pada abad ke-20. Padahal jauh sebelumnya yaitu 14 abad yang lampau Alloh telah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-an’am : 101, “Dialah Pencipta Langit Dan Bumi”.

Teori big-bang ini sebenarnya telah diungkapkan 14 abad tahun dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiyaa : 30:

Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya pada langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya.”

Meskipun pada ilmuan abad ke-20 belum mengetahui secara pasti mengenai teori pengembangan alam semesta ini. Namun, Alloh telah berfirman dalam Al-Qur'an surat Adz-Dzariyat:47:

Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”

Tidak ada komentar: